Broadband recommended to watch this slideshow. Alternatively, look up this link.
28 May 2006
Gempa Di Yogyakarta
Turut berduka cita atas tewasnya korban gempa di Yogyakarta Sabtu pagi 5.53 WIB.
Lihat video clip bagaimana proses gempa secara umum terjadi dari BBC di bawah ini.
Hingga puku 18.17 WIB, korban tewas akibat gempa dahsyat di Yogyakarta mencapai 2.874 orang. Jumlah ini terdiri dari 2.349 orang Provinsi DI Yogyakarta, 522 orang di Kabupaten Klaten dan 3 orang di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
(baca selanjutnya dari Detik.com)
Badan Geologi memastikan gempa bumi yang mengguncanag Provinsi DI Yogyakarta Sabtu pukul 05.53 WIB akibat aktivitas sesar atau patahan aktif.
Aktivitas sesar atau patahan aktif di bagian selatan Yogyakarta berarah Barat Daya-Timur Laut. Gempa bumi yang terjadi pada Sabtu tercatat memiliki kekuatan 6,2 Mw atau setara dengan 5,9 Skala Richter pada kedalaman 17,1 km.
(baca selanjutnya dari Kompas.com)
Lihat video clip bagaimana proses gempa secara umum terjadi dari BBC di bawah ini.
27 May 2006
Taxing Sole Traders
What is a sole trader?
A sole trader is a person trading on their own. They control, manage and own the business.
How does it work?
A sole trader usually has no formal or legal processes to set up the business. The owner/manager is personally entitled to all profits, but is also personally liable for all business taxes and debts.
Drawings
If you are a sole trader you're probably not paying yourself a wage, but simply taking money from the business when you need it for personal use. These takings are called "drawings". Drawings are not a deductible business expense when calculating your profit. Drawings are a part of your profit and taxed accordingly.
Record your drawings in your cashbook so that you can reconcile your cashbook with your bank statements, ensuring that there is enough money in the business to cover any bills owing.
Tax rates for sole traders
A sole trader is taxed at the individual rates as shown below.
Taxable income ($) = Rate of tax
Sales = $177,000
less all deductible expenses = $108,500
Net profit (taxable income) = $ 68,500
Tax to pay ($)
Net profit between $0 and $38,000 inclusive:
$38,000 x 19.5% = 7,410
Net profit above $38,000 up to and including:
$60,000 22,000 x 33% = 7,260
Net profit over:
$60,000 8,500 x 39% = 3,315
Tax on taxable income of $68,500 = $17,985
Source: IRD NZ
A sole trader is a person trading on their own. They control, manage and own the business.
How does it work?
A sole trader usually has no formal or legal processes to set up the business. The owner/manager is personally entitled to all profits, but is also personally liable for all business taxes and debts.
Drawings
If you are a sole trader you're probably not paying yourself a wage, but simply taking money from the business when you need it for personal use. These takings are called "drawings". Drawings are not a deductible business expense when calculating your profit. Drawings are a part of your profit and taxed accordingly.
Record your drawings in your cashbook so that you can reconcile your cashbook with your bank statements, ensuring that there is enough money in the business to cover any bills owing.
Tax rates for sole traders
A sole trader is taxed at the individual rates as shown below.
Taxable income ($) = Rate of tax
- up to $38,000 = 19.5 cents
- $38,001 to $60,000 inclusive = 33 cents
- $60,001 and over = 39 cents
Sales = $177,000
less all deductible expenses = $108,500
Net profit (taxable income) = $ 68,500
Tax to pay ($)
Net profit between $0 and $38,000 inclusive:
$38,000 x 19.5% = 7,410
Net profit above $38,000 up to and including:
$60,000 22,000 x 33% = 7,260
Net profit over:
$60,000 8,500 x 39% = 3,315
Tax on taxable income of $68,500 = $17,985
Source: IRD NZ
26 May 2006
Quick Show - promptly watch
This is such a quick show, so watch promptly and repeatedly to get the messsage.
KBMI Hamilton in the Winter Pool
Sejak beberapa minggu lalu, Clarissa mengundang kita-kita untuk bergabung bermain air di TeRapa WaterWorld setiap Sabtu jam 9 pagi sampai terserah.
TeRapa WaterWorld biasanya tidak begitu ramai di Sabtu pagi, jadi kita-kita bisa leluasa bermain di kolam. Kalau dihitung-hitung orang KBMI yang ikutan acara ini lumayan banyak. Jadi, tidak ada salahnya kalau kegiatan itu dipublikasikan sehingga kalau ada keluarga KBMI yang ingin bermain air bergabunglah bersama kami. Tiap Sabtu jam 9 pagi ya di TeRapa.
The photos:
Watch the movie >>>
TeRapa WaterWorld biasanya tidak begitu ramai di Sabtu pagi, jadi kita-kita bisa leluasa bermain di kolam. Kalau dihitung-hitung orang KBMI yang ikutan acara ini lumayan banyak. Jadi, tidak ada salahnya kalau kegiatan itu dipublikasikan sehingga kalau ada keluarga KBMI yang ingin bermain air bergabunglah bersama kami. Tiap Sabtu jam 9 pagi ya di TeRapa.
The photos:
Watch the movie >>>
24 May 2006
16 May 2006
ai bet yu keinot andersten dis joks
PART ONE
Seorg sopir lagi nyetirin boss bule Amrik, kebetulan lagi sial. Mobilnya nyodok kendaraan di depannya krn mendadak berhenti. Dgn terbata2 ia minta maaf kpd si boss: "Sorry Sir, I brake brake, do not eat. After I Check, the wheel no flower again." ("maaf pak,saya rem2 nggak makan, stlh saya cek rodanya nggak ada kembangannya lagi.") Begitu si Boss mau ikutan ribut sama yg ditabrak, dia bilang: "Don't follow mix Sir! the bring that car if not wrong is the children fruit from manager moneys, he stupid doesn't play! let know taste." ("nggak usah ikut campur pak, yg bawa mobil itu kalo nggak salah anak buah dr manajer keuangan, dia memang goblok bukan main, biar tahu rasa.")
Besoknya si supir gak masuk kerja, terus pas lusanya dia masuk si boss bule nanya: "Why you're not coming?" Jwb si supir : "I am sorry boss, my body is not delicious, my body taste like enter the wind." ("maaf boss badan saya tidak enak, badan saya rasanya seperti masuk angin.") "I really don't know what's your point!" kata bossnya
PART TWO
Suatu hari ada bule kehilangan sepeda motornya yg dia parkir di depan toko di sekitar jln Malio-boro Yogya. Lalu dia bertanya ke Paijo yg saat itu kebetulan berada di tempat parkir,apakah dia ngeliat org yg ngambil sepeda motornya. Paijo bilang, "Yes, he use to table square-square.Worth he fast-fast go without any wet expire." ("Iya, dia memakai kemeja kotak-kotak.Pantes dia cepat-cepat pergi tanpa basa basi".) Lalu dgn sok berwibawa Paijo menasehati, "Sir, different river, if park bicycle motor liver-liver yes?" ("Tuan, lain kali kalo parkir sepeda motor hati-hati ya?") Tapi bule itu diam saja krn nggak tau mau jwb apa,shg Paijo jadi ngedumel: "Basic bule!" ("Dasar bule!")
PART THREE
Ane kaget banget kemaren ini pas lewat di depannye kelurahan, Ngebace spanduk nyang isinye: "SAVE THE COUNTRY, HANG TNI ... SAVE THE PEOPLE, HANG POLRI" Usut punye usut, ternyate nyang dimaksud ialah: "Keselametan negare,tergantung TNI ... keselametan rakyat, tergantung POLRI". Bujubuneng ..., rupenye si Lurah baru ikutan kursus bahase Inggris tapi udah nekat buat tampil ...
Seorg sopir lagi nyetirin boss bule Amrik, kebetulan lagi sial. Mobilnya nyodok kendaraan di depannya krn mendadak berhenti. Dgn terbata2 ia minta maaf kpd si boss: "Sorry Sir, I brake brake, do not eat. After I Check, the wheel no flower again." ("maaf pak,saya rem2 nggak makan, stlh saya cek rodanya nggak ada kembangannya lagi.") Begitu si Boss mau ikutan ribut sama yg ditabrak, dia bilang: "Don't follow mix Sir! the bring that car if not wrong is the children fruit from manager moneys, he stupid doesn't play! let know taste." ("nggak usah ikut campur pak, yg bawa mobil itu kalo nggak salah anak buah dr manajer keuangan, dia memang goblok bukan main, biar tahu rasa.")
Besoknya si supir gak masuk kerja, terus pas lusanya dia masuk si boss bule nanya: "Why you're not coming?" Jwb si supir : "I am sorry boss, my body is not delicious, my body taste like enter the wind." ("maaf boss badan saya tidak enak, badan saya rasanya seperti masuk angin.") "I really don't know what's your point!" kata bossnya
PART TWO
Suatu hari ada bule kehilangan sepeda motornya yg dia parkir di depan toko di sekitar jln Malio-boro Yogya. Lalu dia bertanya ke Paijo yg saat itu kebetulan berada di tempat parkir,apakah dia ngeliat org yg ngambil sepeda motornya. Paijo bilang, "Yes, he use to table square-square.Worth he fast-fast go without any wet expire." ("Iya, dia memakai kemeja kotak-kotak.Pantes dia cepat-cepat pergi tanpa basa basi".) Lalu dgn sok berwibawa Paijo menasehati, "Sir, different river, if park bicycle motor liver-liver yes?" ("Tuan, lain kali kalo parkir sepeda motor hati-hati ya?") Tapi bule itu diam saja krn nggak tau mau jwb apa,shg Paijo jadi ngedumel: "Basic bule!" ("Dasar bule!")
PART THREE
Ane kaget banget kemaren ini pas lewat di depannye kelurahan, Ngebace spanduk nyang isinye: "SAVE THE COUNTRY, HANG TNI ... SAVE THE PEOPLE, HANG POLRI" Usut punye usut, ternyate nyang dimaksud ialah: "Keselametan negare,tergantung TNI ... keselametan rakyat, tergantung POLRI". Bujubuneng ..., rupenye si Lurah baru ikutan kursus bahase Inggris tapi udah nekat buat tampil ...
14 May 2006
Penyelundupan Senjata US-RI
Kalau membeli Sukhoi jet dari Rusia dan senjata lainnya tidak akan pernah dianggap penyelundupan, malah ditawarin utang dulu US$1 triliun sama yang punya. Tapi kalau membeli 882 sub-machine guns, 800 hand guns, 16 sniper rifles dan 250 air-to-air Sidewinder missiles dari US, hmmm... itu penyelundupan namanya.
Saat ini, Hadianto Djoko Djuliarso and Ignatius Ferdinandus Soeharli sedang disidang dengan tuduhan penyelundupan senjata di Federal Court Detroit, US. Hadianto yang jadi managing directornya PT Ataru Indonesia memang diakui oleh TNI sebagai subcontractor dalam urusan pengadaan senjata, tapi menurut Menhan Juwono deal terakhir itu diluar pengetahuan negara. Apes banget sih Hadianto dan Ignatius, apa jangan-jangan mereka beli senjata untuk orang lain kali ya...?
Sebenarnya ada larangan mengekspor senjata dari US ke Indonesia sejak May 1997 seperti yang tertulis di US Foreign Policy Reform Act (Title IV Chapter 6 Section 453):
Ternyata sejak Nov 2005, larangan penjualan senjata ke Indonesia tersebut dihilangkan oleh Bush Administration. Ini alenia terakhir dari pernyataan US State Dept:
Tapi semua fakta diatas cuma bisa dianggap talik ulur kebijaksanan dan politik luar negeri antara US dan Indonesia yang kalau ditambah dengan bumbu duit bisa memunculkan suatu persekongkolan atau korupsi. Wah penulis mulai sok tau nih... Ya bisa jadi toh, emang senjata itu murah apa harganya. Satu handgun aja rata-rata $500.
Kalau diliat dari kuantitas ordernya ada yang sedikit aneh di sini. 882 sub-machine guns, 800 hand guns, 16 sniper rifles dan 250 air-to-air Sidewinder itu ternyata, menurut pandangan penulis, cuma cukup untuk satu batalyon infantri (sekitar 700 tentara). Nah lho, ada yang punya rencana mo buat "batalyon swasta" nih di Indonesia.
Browsing-browsing di Google ternyata ada company yang namanya PT Ataru Indonesia. Tapi, mereka jualan "Blood Circuit for Artificial Kidney and Surgical Equipment". Hah !
(ide dari Indonesia Today)
Saat ini, Hadianto Djoko Djuliarso and Ignatius Ferdinandus Soeharli sedang disidang dengan tuduhan penyelundupan senjata di Federal Court Detroit, US. Hadianto yang jadi managing directornya PT Ataru Indonesia memang diakui oleh TNI sebagai subcontractor dalam urusan pengadaan senjata, tapi menurut Menhan Juwono deal terakhir itu diluar pengetahuan negara. Apes banget sih Hadianto dan Ignatius, apa jangan-jangan mereka beli senjata untuk orang lain kali ya...?
Sebenarnya ada larangan mengekspor senjata dari US ke Indonesia sejak May 1997 seperti yang tertulis di US Foreign Policy Reform Act (Title IV Chapter 6 Section 453):
(a) In General.--The United States shall not provide military assistance and arms transfers programs for a fiscal year to the Government of Indonesia unless the President determines and certifies to the Congress for that fiscal year that the Government of Indonesia meets the following requirements: .....
Following requirements-nya ada 5 poin, tapi yang menarik adalah:
(2) Protection of nongovernmental organizations.--The police or military of Indonesia do not confiscate materials from or otherwise engage in illegal raids on the offices or homes of members of both domestic or international nongovernmental organizations, including election-monitoring organizations, legal aid organizations, student organizations, trade union organizations, community organizations, environmental organizations, and religious organizations.
Ternyata sejak Nov 2005, larangan penjualan senjata ke Indonesia tersebut dihilangkan oleh Bush Administration. Ini alenia terakhir dari pernyataan US State Dept:
In resuming Foreign Military Financing, the Administration plans to provide assistance for specific military programs and units that will help modernize the Indonesian military, provide further incentives for reform of the Indonesian military, and support U.S. and Indonesian security objectives, including counterterrorism, maritime security and disaster relief.Belakangan ini dua senator, Russell D. Feingold dan Patrick J. Leahy, menentang policy Bush Administration untuk meng-okay-kan perdagangan senjata ke Indonesia yang bisa dibaca di surat mereka tanggal 25 April 2006 ini.
Tapi semua fakta diatas cuma bisa dianggap talik ulur kebijaksanan dan politik luar negeri antara US dan Indonesia yang kalau ditambah dengan bumbu duit bisa memunculkan suatu persekongkolan atau korupsi. Wah penulis mulai sok tau nih... Ya bisa jadi toh, emang senjata itu murah apa harganya. Satu handgun aja rata-rata $500.
Kalau diliat dari kuantitas ordernya ada yang sedikit aneh di sini. 882 sub-machine guns, 800 hand guns, 16 sniper rifles dan 250 air-to-air Sidewinder itu ternyata, menurut pandangan penulis, cuma cukup untuk satu batalyon infantri (sekitar 700 tentara). Nah lho, ada yang punya rencana mo buat "batalyon swasta" nih di Indonesia.
Browsing-browsing di Google ternyata ada company yang namanya PT Ataru Indonesia. Tapi, mereka jualan "Blood Circuit for Artificial Kidney and Surgical Equipment". Hah !
(ide dari Indonesia Today)
12 May 2006
Undangan Pernikahan Mbak Ayu
Rekan-rekan Yth.,
Bersama ini saya mengundang Rekan-rekan untuk menghadiri Resepsi Pernikahan saya dengan Zulfikar Aziz Rahman pada:
Hari : Sabtu, 27 Mei 2006
Pukul : 19.15 - 21.00 WIB
Tempat : Ruang Serba Guna Masjid Pondok Indah
Jl. Iskandar Muda no. 1
Pondok Indah - Jakarta Selatan 12310
Undangan lengkap terlampir. Atas kehadiran dan doa restunya, kami ucapkan terima kasih.
Salam hormat,
Ayu Putri Hendrotomo
Note: Akad nikah dilangsungkan di tempat yang sama, pada hari yang sama, pukul 16.00 WIB.
Bersama ini saya mengundang Rekan-rekan untuk menghadiri Resepsi Pernikahan saya dengan Zulfikar Aziz Rahman pada:
Hari : Sabtu, 27 Mei 2006
Pukul : 19.15 - 21.00 WIB
Tempat : Ruang Serba Guna Masjid Pondok Indah
Jl. Iskandar Muda no. 1
Pondok Indah - Jakarta Selatan 12310
Undangan lengkap terlampir. Atas kehadiran dan doa restunya, kami ucapkan terima kasih.
Salam hormat,
Ayu Putri Hendrotomo
Note: Akad nikah dilangsungkan di tempat yang sama, pada hari yang sama, pukul 16.00 WIB.
10 May 2006
07 May 2006
KBMI: Padat, Cair dan Gas
KBMI itu singkatan dari Keluarga Besar Masyarakat Indonesia, sementara PPI itu, jika ada, singkatan dari Persatuan Pelajar Indonesia. Yang pertama memang lebih umum tertuju kepada kelompok keluarga, sementara yang kedua lebih khusus kepada kelompok mahasiswa-mahasiswa Indonesia baik yang private maupun beasiswa.
Di Auckland yang jumlah orang Indonesia terbanyak hingga 3000 orang, ada PPI Auckland dan kelompok umumnya bisa dikatakan saat ini adalah radio Satu Indonesia, selain kelompok-kelompok khusus yang berbasiskan agama, seperti HUMIA (Trust), KKIA dan banyak lagi kelompok-kelompok lainnya.
Beberapa tahun lalu ada yang namanya kelompok IMASI (Ikatan Masyarakat Indonesia) Auckland, tapi kelihatannya sudah menguap. Tapi sekarang ada kelompok yang berbasis internet, yang dikenal dengan nama INDONZ.com. Kelompok ini lebih sophisticated dan professional dengan konsep e-business dan information services yang mencoba meng-cover seluruh masyarakat Indonesia di NZ.
Sementara di Wellington, ada KAMASI Wellington, dan ternyata ada juga yang namanya PPI Wellington. Posisinya yang terletak satu kota dengan KBRI membuat KAMASI dan PPI mudah terlebur mungkin dengan peran KBRI sebagai pemersatu informasi. Di Christchurch, cuma ada kelompok PPI Canterbury mungkin karena terlalu sedikitnya masyarakat Indonesia di kota itu. Hal serupa juga di Dunedin, cuma ada kelompok PPI Dunedin.
OK, sekarang kita hilangkan istilah "kelompok", diganti dengan istilah "perkumpulan" yang lebih enak diucapkan dan didengar. "Perkumpulan" seperti arti katanya sendiri adalah muncul dari kegiatan kumpul-kumpul dari/dalam satu kelompok. Kalaupun ternyata ada dua atau tiga kelompok pun, masih bisa dibilang kumpul-kumpul.
Mungkin issue utamanya adalah apakah suatu perkumpulan itu mampu mengakomodasi suatu kelompok atau tidak. Kalau tidak, ada kecenderungan bahwa kelompok tersebut akan membentuk suatu perkumpulan baru. Kelompok intelektual seperti mahasiswa, kalau mereka punya visi, misi, semangat dan waktu, dalam satu hari pun suatu organisasi yang solid pun bisa dibangun. Ini terbukti dengan terkenalnya Indonesia yang memiliki jumlah kelompok mahasiswa terbanyak di dunia. Terhitung dari jaman orla, orba dan reformasi, formal akademik, formal kemahasiswaan (UKM-UKM) dan yang non-formal akademik dan kemahasiswaan, berbau politik dan kemanusiaan.
Kira-kira satu tahun lalu, disela-sela silaturahmi tahunan KBMI di Forest Lake ada usulan gila dari salah satu anggota agar KBMI diuapkan saja bentuk organisasinya menjadi suatu perkumpulan yang sedikit santai tanpa bentuk organisasi tapi masih bisa dibuat untuk kumpul-kumpul. Tapi untungnya usulan gila dan kurang bijaksana itu ditolak, dan akhirnya organisasi KBMI tetap dipertahankan walaupun dalam bentuk yang cair. Hebatnya, organisasi yang cair itu mampu mengadakan/berpartisipasi tiga acara: Indigo, Tujuh Belasan dan Christmas Parade. Memang dibandingkan bentuk organisasi yang solid tahun-tahun sebelumnya belum seberapa kualitasnya. Harus diakui bahwa, KBMI yang dikelola mahasiswa-mahasiswa Indonesia (Mas Gaga, Mas Vano dan Mas Arie) dulu perlu mendapat acungan jempol.
KBMI saat itu bisa dikatakan solid karena bentuk organisasinya masih jelas dengan anggota kelompok yang masih banyak, sehingga tidak pernah kekurangan sumber daya manusia untuk melakukan ini itu. Satu tahun belakangan ini bisa dikatakan cair karena bentuk organisasinya yang sedikit buram dengan anggota kelompok yang sedemikian sedikitnya sehingga kekurangan sumber daya manusia untuk melakukan ini itu, dan mengusulkan ini itu. Sementara usulan agar diuapkan mungkin berkaitan dengan sikap pesimistis untuk melakukan ini itu, atau paling tidak, karena pesimis akan sumber daya dan prakarsa.
Suatu saat tahun lalu muncul sikap optimis itu ditengah-tengah kecairan dengan usulan Pak Afat agar KBMI bertemu dengan John Denize untuk membicarakan soal pembentukan Trust atau paling tidak Incorporated Society. Sejak pertemuan itu, hal tersebut belum sempat direalisasikan sampai sekarang. KBMI terus bergelut dengan terlaksananya acara Tujuh Belasan dan Christmas Parade. Dan kalau boleh disisipkan di sini, termasuk juga kegiatan badminton every single week yang sudah berjalan selama hampir satu tahun.
Ada yang bilang kecairan KBMI itu karena sepi. Anggota KBMI memang berkurang sejak banyaknya orang-orang Indonesia yang pulang atau pindah ke kota lain. Sebutlah dalam dua tahun terakhir ini, KBMI kehilangan Mbak Dewi dan kel., Mbak Erny, Mbak Esti, Mbak Ayu, Mbak Dian, Pak Faiza dan kel., Pak Bangun dan kel., Bang Hasmir dan kel. dan Pak Rusydy dan kel.
Mungkin ada kaitannya antara sepi dengan cair. Kalau KBMI tetap dianggap suatu bentuk yang volumenya besar, sementara anggotanya semakin sedikit ada kemungkinan jarak antar anggota yang semakin renggang dan akhirnya jadi mencair. Atau mungkin, KBMI kehilangan anggota-anggota yang bisa dikategorikan pengikat. Kedekatan yang muncul karena faktor pengikat bisa terasa seolah-olah dipaksakan, bukan?
Ambil contoh etika pergaulan di pesta, umumnya dua orang saling mendekat dan memulai percakapan. Anggaplah KBMI itu pesta. Coba bayangkan kalau tiap tamu berjarak sepuluh meter satu sama lain, tanpa ada keinginan untuk mendekat, tapi ingin sekali bercakap-cakap. Pesta itu akan ribut banget, bukan karena orang ngobrol tapi ramai dengan teriakan. Kalau pestanya weekend, mungkin tiap tamu yang menggunakan 021 saling mengirimkan text messages.
Sebagian besar pengalaman individu Indonesia yang tinggal di luar negeri seperti Australia, US dan Europe menyatakan bahwa mereka merasa jadi lebih kaku bergaul dengan rekan-rekan sebangsa. Mengurusi urusan masing-masing memang paling mengasyikan. Kita sibuk dengan urusan belajar dan cari uang, karena itulah intisari dari survival kita di negeri orang. Itu sah-sah saja. Ditambah lagi, fokus yang diarahkan ke penyesuaian dengan budaya setempat. Tetapi ada juga beberapa community yang justru berhasil menciptakan kelompok budaya komunal masyarakat satu bangsa.
Sebenarnya melihat faktor psychologis ada gunanya berkumpul dengan rekan sebangsa. Kita bisa melepas kerinduan atau merasa terhibur paling tidak dengan percakapan-percakapan yang "nyambung". Kadang kala kita merasa sendiri atau bahkan ada yang merasa tertekan di tengah-tengah pekerjaan dan study dimana kita berinteraksi dengan orang-orang setempat. Sedikit banyak kita merasa berbeda dengan orang kebanyakan yang dikenal dengan syndrome minoritas. Kecuali kalau memang kita punya niat merubah "jeroan" kita mengikuti mereka, itu lain hal. Bergaul dengan mereka memang jadi lebih mengasyikan.
Bukan salah bunda mengandung kalau Indonesia itu beraneka ragam. Dari jaman dulu, Indonesia memang sudah begitu. Makanya sejak kita merdeka selalu ditekankan untuk menerima perbedaan. Ada teori asal-asalan mengatakan, kalau bisa bersikap supel di lingkungan Indonesia yang beraneka ragam, harusnya mampu bersikap supel dalam lingkup internasional. Bedanya kalau dengan bangsa lain, Pancasila tidak bisa diterapkan.
Orang Indonesia itu banyak macam. Ada yang priyayi, ada yang priyiya. Ada yang petani, ada yang petina. Ada yang dari Sulawesi, ada yang dari Solowesi. Ada yang emang kaya, ada yang emang keye. Ada yang pedagang, ada yang pediging. Ada yang birokrat, ada yang borokrit. Ada yang cerewet, ada yang ceriwit.
Lupakan soal padat, cair dan gas, karena KBMI toh bukan benda mati. KBMI itu kumpulan mahluk hidup yang memiliki kedekatan karena masih berbahasa Indonesia. Kalaupun sedang becanda atau marah, masih menggunakan bahasa Indonesia.
Sekarang kita boleh bersenyum. Senyum optimis dengan kehadiran insan-insan baru dalam tubuh KBMI. Senyum itu untuk Pak Yaya dan kel., Ibu Lisa Amalo dan kel., welcome back. Juga Mbak Hani, Mbak Susi, Mbak Dini, Mbak Joi, Mas Aga, Mas Denny, Mas Teguh, Mbak Iput dan Mbak Ardya. Senyum juga ke wajah-wajah lama seperti Mbak Novita, Mbak Etha, Mbak Maureen. Mereka semua ternyata dalam suatu kesempatan punya kebiasaan yang sama: main ke library Waikato University.
Tidak ada salahnya mengedipkan mata lagi dengan insan-insan KBMI yang sudah lama lengket. Halo apa kabar Pak Yudi/Mbak Ut, Pak Adam/Bu Tatiek dan kel., Tante Christina, Pak Alamsyah dan kel., Bu Heri Van Wering dan kel., Mbak Susan/Mas Mirhan, Pak Afat/Bu Meifang, Mbak Marisa/Mark, Mas Ahmad dan kel., Ibu Hartanti dan kel., Mbak Ida dan kel., Mas Yunus/Mbak Endah, Mbak Rina dan kel., Mas Yohanes/Mbak Nia, Mbak Eka, Mas Jimmy, Mbak Nontje/John, Mbak Juliana, Mas Wijaya/Mbak Meiliana, Mbak Yunnis dan kel., Mas Dede/Mbak Endah, Mas Reza/Mbak Silvy, Mas Arie/Mbak Lia, Mas Gemmy/Mbak Henny, Mbak Nira/Warren, Mbak Novita, Mas Hariadi/Mbak Lingling, Mbak Mariska/John, Mas Ucok Hendry dan kel., Mas Jeffry/Mbak Nina, Mas Tama dan Mas Ryan. Dalam suatu kesempatan mereka punya mimpi yang sama, ngumpulin duit yang banyak terus dihambur-hamburin di Indonesia.
Satu lagi yang tidak kalah majornya, senyum ke bocah-bocah Hamilton yang mengilhami terbentuknya Kelompok Bocah Masyarakat Hamilton. KBMI juga toh. Berdasarkan pecking order, ada tod Kezia, Louisa, Zacky dan Fidella. Kelahiran dan ulang tahun mereka telah menjadi ajang ketemuan dan ngumpul-ngumpul KBMI satu tahun terakhir ini. Bersama bocah-bocah lainnya yang lebih senior dalam suatu kesempatan, mereka semua diharapkan jago berbahasa Inggris secara alami, bahkan kalau perlu memiliki "jeroan" yang sama. Wah kalau yang ini bahaya, bisa gak nyambung nanti dengan kakek-neneknya.
Gile... padet juga ya ternyata.
Btw, kumpul yuk, ngomongin Tujuh Belasan. Bulan Agustus tiga bulan lagi neh.
Di Auckland yang jumlah orang Indonesia terbanyak hingga 3000 orang, ada PPI Auckland dan kelompok umumnya bisa dikatakan saat ini adalah radio Satu Indonesia, selain kelompok-kelompok khusus yang berbasiskan agama, seperti HUMIA (Trust), KKIA dan banyak lagi kelompok-kelompok lainnya.
Beberapa tahun lalu ada yang namanya kelompok IMASI (Ikatan Masyarakat Indonesia) Auckland, tapi kelihatannya sudah menguap. Tapi sekarang ada kelompok yang berbasis internet, yang dikenal dengan nama INDONZ.com. Kelompok ini lebih sophisticated dan professional dengan konsep e-business dan information services yang mencoba meng-cover seluruh masyarakat Indonesia di NZ.
Sementara di Wellington, ada KAMASI Wellington, dan ternyata ada juga yang namanya PPI Wellington. Posisinya yang terletak satu kota dengan KBRI membuat KAMASI dan PPI mudah terlebur mungkin dengan peran KBRI sebagai pemersatu informasi. Di Christchurch, cuma ada kelompok PPI Canterbury mungkin karena terlalu sedikitnya masyarakat Indonesia di kota itu. Hal serupa juga di Dunedin, cuma ada kelompok PPI Dunedin.
OK, sekarang kita hilangkan istilah "kelompok", diganti dengan istilah "perkumpulan" yang lebih enak diucapkan dan didengar. "Perkumpulan" seperti arti katanya sendiri adalah muncul dari kegiatan kumpul-kumpul dari/dalam satu kelompok. Kalaupun ternyata ada dua atau tiga kelompok pun, masih bisa dibilang kumpul-kumpul.
Mungkin issue utamanya adalah apakah suatu perkumpulan itu mampu mengakomodasi suatu kelompok atau tidak. Kalau tidak, ada kecenderungan bahwa kelompok tersebut akan membentuk suatu perkumpulan baru. Kelompok intelektual seperti mahasiswa, kalau mereka punya visi, misi, semangat dan waktu, dalam satu hari pun suatu organisasi yang solid pun bisa dibangun. Ini terbukti dengan terkenalnya Indonesia yang memiliki jumlah kelompok mahasiswa terbanyak di dunia. Terhitung dari jaman orla, orba dan reformasi, formal akademik, formal kemahasiswaan (UKM-UKM) dan yang non-formal akademik dan kemahasiswaan, berbau politik dan kemanusiaan.
Kira-kira satu tahun lalu, disela-sela silaturahmi tahunan KBMI di Forest Lake ada usulan gila dari salah satu anggota agar KBMI diuapkan saja bentuk organisasinya menjadi suatu perkumpulan yang sedikit santai tanpa bentuk organisasi tapi masih bisa dibuat untuk kumpul-kumpul. Tapi untungnya usulan gila dan kurang bijaksana itu ditolak, dan akhirnya organisasi KBMI tetap dipertahankan walaupun dalam bentuk yang cair. Hebatnya, organisasi yang cair itu mampu mengadakan/berpartisipasi tiga acara: Indigo, Tujuh Belasan dan Christmas Parade. Memang dibandingkan bentuk organisasi yang solid tahun-tahun sebelumnya belum seberapa kualitasnya. Harus diakui bahwa, KBMI yang dikelola mahasiswa-mahasiswa Indonesia (Mas Gaga, Mas Vano dan Mas Arie) dulu perlu mendapat acungan jempol.
KBMI saat itu bisa dikatakan solid karena bentuk organisasinya masih jelas dengan anggota kelompok yang masih banyak, sehingga tidak pernah kekurangan sumber daya manusia untuk melakukan ini itu. Satu tahun belakangan ini bisa dikatakan cair karena bentuk organisasinya yang sedikit buram dengan anggota kelompok yang sedemikian sedikitnya sehingga kekurangan sumber daya manusia untuk melakukan ini itu, dan mengusulkan ini itu. Sementara usulan agar diuapkan mungkin berkaitan dengan sikap pesimistis untuk melakukan ini itu, atau paling tidak, karena pesimis akan sumber daya dan prakarsa.
Suatu saat tahun lalu muncul sikap optimis itu ditengah-tengah kecairan dengan usulan Pak Afat agar KBMI bertemu dengan John Denize untuk membicarakan soal pembentukan Trust atau paling tidak Incorporated Society. Sejak pertemuan itu, hal tersebut belum sempat direalisasikan sampai sekarang. KBMI terus bergelut dengan terlaksananya acara Tujuh Belasan dan Christmas Parade. Dan kalau boleh disisipkan di sini, termasuk juga kegiatan badminton every single week yang sudah berjalan selama hampir satu tahun.
Ada yang bilang kecairan KBMI itu karena sepi. Anggota KBMI memang berkurang sejak banyaknya orang-orang Indonesia yang pulang atau pindah ke kota lain. Sebutlah dalam dua tahun terakhir ini, KBMI kehilangan Mbak Dewi dan kel., Mbak Erny, Mbak Esti, Mbak Ayu, Mbak Dian, Pak Faiza dan kel., Pak Bangun dan kel., Bang Hasmir dan kel. dan Pak Rusydy dan kel.
Mungkin ada kaitannya antara sepi dengan cair. Kalau KBMI tetap dianggap suatu bentuk yang volumenya besar, sementara anggotanya semakin sedikit ada kemungkinan jarak antar anggota yang semakin renggang dan akhirnya jadi mencair. Atau mungkin, KBMI kehilangan anggota-anggota yang bisa dikategorikan pengikat. Kedekatan yang muncul karena faktor pengikat bisa terasa seolah-olah dipaksakan, bukan?
Ambil contoh etika pergaulan di pesta, umumnya dua orang saling mendekat dan memulai percakapan. Anggaplah KBMI itu pesta. Coba bayangkan kalau tiap tamu berjarak sepuluh meter satu sama lain, tanpa ada keinginan untuk mendekat, tapi ingin sekali bercakap-cakap. Pesta itu akan ribut banget, bukan karena orang ngobrol tapi ramai dengan teriakan. Kalau pestanya weekend, mungkin tiap tamu yang menggunakan 021 saling mengirimkan text messages.
Sebagian besar pengalaman individu Indonesia yang tinggal di luar negeri seperti Australia, US dan Europe menyatakan bahwa mereka merasa jadi lebih kaku bergaul dengan rekan-rekan sebangsa. Mengurusi urusan masing-masing memang paling mengasyikan. Kita sibuk dengan urusan belajar dan cari uang, karena itulah intisari dari survival kita di negeri orang. Itu sah-sah saja. Ditambah lagi, fokus yang diarahkan ke penyesuaian dengan budaya setempat. Tetapi ada juga beberapa community yang justru berhasil menciptakan kelompok budaya komunal masyarakat satu bangsa.
Sebenarnya melihat faktor psychologis ada gunanya berkumpul dengan rekan sebangsa. Kita bisa melepas kerinduan atau merasa terhibur paling tidak dengan percakapan-percakapan yang "nyambung". Kadang kala kita merasa sendiri atau bahkan ada yang merasa tertekan di tengah-tengah pekerjaan dan study dimana kita berinteraksi dengan orang-orang setempat. Sedikit banyak kita merasa berbeda dengan orang kebanyakan yang dikenal dengan syndrome minoritas. Kecuali kalau memang kita punya niat merubah "jeroan" kita mengikuti mereka, itu lain hal. Bergaul dengan mereka memang jadi lebih mengasyikan.
Bukan salah bunda mengandung kalau Indonesia itu beraneka ragam. Dari jaman dulu, Indonesia memang sudah begitu. Makanya sejak kita merdeka selalu ditekankan untuk menerima perbedaan. Ada teori asal-asalan mengatakan, kalau bisa bersikap supel di lingkungan Indonesia yang beraneka ragam, harusnya mampu bersikap supel dalam lingkup internasional. Bedanya kalau dengan bangsa lain, Pancasila tidak bisa diterapkan.
Orang Indonesia itu banyak macam. Ada yang priyayi, ada yang priyiya. Ada yang petani, ada yang petina. Ada yang dari Sulawesi, ada yang dari Solowesi. Ada yang emang kaya, ada yang emang keye. Ada yang pedagang, ada yang pediging. Ada yang birokrat, ada yang borokrit. Ada yang cerewet, ada yang ceriwit.
Lupakan soal padat, cair dan gas, karena KBMI toh bukan benda mati. KBMI itu kumpulan mahluk hidup yang memiliki kedekatan karena masih berbahasa Indonesia. Kalaupun sedang becanda atau marah, masih menggunakan bahasa Indonesia.
Sekarang kita boleh bersenyum. Senyum optimis dengan kehadiran insan-insan baru dalam tubuh KBMI. Senyum itu untuk Pak Yaya dan kel., Ibu Lisa Amalo dan kel., welcome back. Juga Mbak Hani, Mbak Susi, Mbak Dini, Mbak Joi, Mas Aga, Mas Denny, Mas Teguh, Mbak Iput dan Mbak Ardya. Senyum juga ke wajah-wajah lama seperti Mbak Novita, Mbak Etha, Mbak Maureen. Mereka semua ternyata dalam suatu kesempatan punya kebiasaan yang sama: main ke library Waikato University.
Tidak ada salahnya mengedipkan mata lagi dengan insan-insan KBMI yang sudah lama lengket. Halo apa kabar Pak Yudi/Mbak Ut, Pak Adam/Bu Tatiek dan kel., Tante Christina, Pak Alamsyah dan kel., Bu Heri Van Wering dan kel., Mbak Susan/Mas Mirhan, Pak Afat/Bu Meifang, Mbak Marisa/Mark, Mas Ahmad dan kel., Ibu Hartanti dan kel., Mbak Ida dan kel., Mas Yunus/Mbak Endah, Mbak Rina dan kel., Mas Yohanes/Mbak Nia, Mbak Eka, Mas Jimmy, Mbak Nontje/John, Mbak Juliana, Mas Wijaya/Mbak Meiliana, Mbak Yunnis dan kel., Mas Dede/Mbak Endah, Mas Reza/Mbak Silvy, Mas Arie/Mbak Lia, Mas Gemmy/Mbak Henny, Mbak Nira/Warren, Mbak Novita, Mas Hariadi/Mbak Lingling, Mbak Mariska/John, Mas Ucok Hendry dan kel., Mas Jeffry/Mbak Nina, Mas Tama dan Mas Ryan. Dalam suatu kesempatan mereka punya mimpi yang sama, ngumpulin duit yang banyak terus dihambur-hamburin di Indonesia.
Satu lagi yang tidak kalah majornya, senyum ke bocah-bocah Hamilton yang mengilhami terbentuknya Kelompok Bocah Masyarakat Hamilton. KBMI juga toh. Berdasarkan pecking order, ada tod Kezia, Louisa, Zacky dan Fidella. Kelahiran dan ulang tahun mereka telah menjadi ajang ketemuan dan ngumpul-ngumpul KBMI satu tahun terakhir ini. Bersama bocah-bocah lainnya yang lebih senior dalam suatu kesempatan, mereka semua diharapkan jago berbahasa Inggris secara alami, bahkan kalau perlu memiliki "jeroan" yang sama. Wah kalau yang ini bahaya, bisa gak nyambung nanti dengan kakek-neneknya.
Gile... padet juga ya ternyata.
Btw, kumpul yuk, ngomongin Tujuh Belasan. Bulan Agustus tiga bulan lagi neh.
06 May 2006
Badminton is still on
Why is badminton every saturday evening still on?
Because it's fun. And is filled with nice people.
Here some photos...
(download badminton financial with macro)
Because it's fun. And is filled with nice people.
Here some photos...
(download badminton financial with macro)
04 May 2006
Man admits smuggling immigrants
From: Teddy Halim Mailed-By: gmail.com
Date: May 4, 2006 3:39 AM
Subject: Fwd: People smuggling to NZ by Indonesian man (Dominion Post)
Reply | Reply to all | Forward | Print | Add sender to Contacts list | Delete this message | Report phishing | Show original | Message text garbled?
Man admits smuggling immigrants
WEDNESDAY, 03 MAY 2006
By BRUCE CUTLER
An Indonesian man has become the first person to be convicted in New Zealand under tough legislation against people-smuggling.
Deny Setiadi, 27, pleaded guilty yesterday in the High Court at Napier to four charges that he aided and abetted illegal Indonesian immigrants to enter New Zealand for material benefit.
The maximum penalty for the offending is 20 years in jail and/or a $500,000 fine.
Setiadi also admitted four charges of aiding and abetting other persons to enter New Zealand unlawfully.
He had denied the eight charges at a court appearance last month, despite admitting seven other charges of helping Indonesian men to remain in New Zealand after they arrived at Auckland International Airport using passports with false photos.
Yesterday Setiadi could hardly be heard as he acknowledged the charges with a nod and mouthed the word "guilty".
Immigration Service fraud investigator John Marston described Setiadi's convictions as ground-breaking territory.
The people-smuggling ring was uncovered in April last year as a result of information received from Indonesian authorities.
"The people who came into New Zealand were paying the organisers in Indonesia in the vicinity of $8000 (each)," Mr Marston said. "That's their life savings for these people, who were mostly ordinary village people."
Mr Marston said more than 10 illegal immigrants had been prosecuted and returned to Indonesia after being found in Hawke's Bay last August. Most were aged in their mid-20s to 30s and were located at a house in Napier.
Setiadi was the contact when they arrived at Auckland airport. He would drive them to Hawke's Bay – where he was also living illegally in Taradale.
The court was told Setiadi was the first person to be convicted under tough people-smuggling laws arising from amendments passed by Parliament in 2002.
Defence lawyer Scott Manning said he did not think an Indonesian interpreter would be needed for Setiadi's sentencing because he thought his client understood the nature of the charges.
Justice Marion Frater said because the charges had not previously come up for sentencing, both lawyers would be required to file pre-sentence submissions early. She considered it appropriate for an Indonesian interpreter to be available to ensure that Setiadi understood the sentence imposed.
Setiadi was remanded in custody to appear for sentence on June 1.
Date: May 4, 2006 3:39 AM
Subject: Fwd: People smuggling to NZ by Indonesian man (Dominion Post)
Reply | Reply to all | Forward | Print | Add sender to Contacts list | Delete this message | Report phishing | Show original | Message text garbled?
Man admits smuggling immigrants
WEDNESDAY, 03 MAY 2006
By BRUCE CUTLER
An Indonesian man has become the first person to be convicted in New Zealand under tough legislation against people-smuggling.
Deny Setiadi, 27, pleaded guilty yesterday in the High Court at Napier to four charges that he aided and abetted illegal Indonesian immigrants to enter New Zealand for material benefit.
The maximum penalty for the offending is 20 years in jail and/or a $500,000 fine.
Setiadi also admitted four charges of aiding and abetting other persons to enter New Zealand unlawfully.
He had denied the eight charges at a court appearance last month, despite admitting seven other charges of helping Indonesian men to remain in New Zealand after they arrived at Auckland International Airport using passports with false photos.
Yesterday Setiadi could hardly be heard as he acknowledged the charges with a nod and mouthed the word "guilty".
Immigration Service fraud investigator John Marston described Setiadi's convictions as ground-breaking territory.
The people-smuggling ring was uncovered in April last year as a result of information received from Indonesian authorities.
"The people who came into New Zealand were paying the organisers in Indonesia in the vicinity of $8000 (each)," Mr Marston said. "That's their life savings for these people, who were mostly ordinary village people."
Mr Marston said more than 10 illegal immigrants had been prosecuted and returned to Indonesia after being found in Hawke's Bay last August. Most were aged in their mid-20s to 30s and were located at a house in Napier.
Setiadi was the contact when they arrived at Auckland airport. He would drive them to Hawke's Bay – where he was also living illegally in Taradale.
The court was told Setiadi was the first person to be convicted under tough people-smuggling laws arising from amendments passed by Parliament in 2002.
Defence lawyer Scott Manning said he did not think an Indonesian interpreter would be needed for Setiadi's sentencing because he thought his client understood the nature of the charges.
Justice Marion Frater said because the charges had not previously come up for sentencing, both lawyers would be required to file pre-sentence submissions early. She considered it appropriate for an Indonesian interpreter to be available to ensure that Setiadi understood the sentence imposed.
Setiadi was remanded in custody to appear for sentence on June 1.
Subscribe to:
Posts (Atom)